Salah satu faktor yang menentukan sebuah perusahaan sampai
atau tidaknya pada tujuannya adalah karyawan. Karena karyawan merupakan salah
satu faktor untuk tercapainya tujuan perusahaan, maka dibuatlah perencanaan
sumber daya manusia. Perencanaan manusia bukan hanya terletak pada mengelola
sumber daya manusianya melainkan juga mengelola peralatan yang diguanakan manusia
dalam bekerja. Menciptakan fungsi kerja manusia lebih ringan namun tetap
menghasilkan produktivitas yang tinggi serta menghindari kebugaran,
efektivitas, dan memperhatikan kesehatan manusia disebut dengan ergonomi.
Ergonomi bisa juga disebut sebagai kerekayasaan manusia. Menurut Chapanis
(1976: 698) Psikologi kerekayasaan terutama memperhatikan penemuan dan
penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan
mesin-mesin, peralatan, pekerjaan, dan lingkungan kerja (Munadar, 2014). Tugas
psikolog kerekayasaan psikologi ialah mengubah mesin-mesin dan alat-alat yang
digunakan mausia dalam pekerjaannya atau lingkungan tempat ia bekerja, untuk
membuat pekerjaannya lebih sesuai bagi manusia (Munandar, 2014). Yang dibahas
di dalam ergonomic bukan hanya peralatan atau mesin-mesin yang digunakan
manusia dalam bekerja melainkan juga kondisi fisik kerja dan kondisi lama waktu
kerja.
Kondisi fisik kerja merupakan lingkungan kerja secara fisik
yang mencakup berbagai hal dari fasilitas parkir, lokasi dan rancangan gedung,
jumlah cahaya, dan suara pada tempat kerja. Menurut Suyanto (1985), beberapa saran
yang diberikan agar ruangan tidak silau, yaitu :
1.
Tidak ada sumber cahaya yang ditempatkan pada
bidang visual dari operator
2.
Tidak menggunakan sumber sinar yang tidak dapat
disaring
3.
Penyaringan dapat menyaring hingga rata-rata
terang tidak melebihi 0,3 Sb untuk peneranganumum dan 0,2 Sb untuk penerangan
ruang kerja
4.
Sudut yang terbentuk antara garis pandang
horizontal denngan garis penghubung antara mata dan sumber cahaya harus lebih
dari 30o
5.
Jika sudut kurang dari 30o maka lampu
harus disaring. Dan jika memakai lampu pendar, arah tabung harus menyilang
garis pandang
6.
Agar tidak silau, tempat kerja harus diletakkan
sesuai agar garis pandang yang paling sering dipakai tidak berhimpit dengan
cahaya yang terpantul dan area pantulan dengan kontras yang melebihi 1 : 10
tidak terjadi pada bidang visual
7.
Menghindari pemakaian perabot, mesin, papan
wesel, dan perkakas kerja yang berkilau-kilauan
Selain pencahayaan, warna juga diperhatikan untuk membuat
kondisi lingkungan fisik kerja yang nyaman. Di bawah ini adalah tabel efek
psikologis dari warna.
Warna
|
Efek Jarak
|
Efek Suhu
|
Efek Psikis
|
Biru
|
Jauh
|
Sejuk
|
Menenangkan
|
Hijau
|
Jauh
|
Sangat sejuk
|
Sangat menenangkan sampai netral
|
Merah
|
Dekat
|
Panas
|
Sangat mengusik dan terkesiap
|
Orange
|
Sangat dekat
|
Sangat Panas
|
Merangsang
|
Kuning
|
Dekat
|
Sangat Panas
|
Merangsang
|
Coklat
|
Sangat dekat
|
Netral
|
Merangsang
|
Lembayung
|
Sangat dekat
|
Sejuk
|
Agresif terkesiap, melesukan
|
Kebisingan di dalam lingkungan fisik kerja juga perlu
diperhatikan. Beberapa faktor yang menimbulkan kebisingan adalah keramaian lalu
lintas, suara mesin, kerasnya suara radio, TV, cassette recorder, dan lain-lain. Kebisingan dapat menimbulkan
perubahan fisiologis dan adanya dampak psikologis. Secara fisiologis, perubahan
yang terjadi adalah terjadi penciutan pembuluh darah, perubahan detak jantung,
da dilatasi dari pupil-pupil mata. Secara psikologis, kebisingan dapat
mengganggu kesejahteraan emosional.
Kondisi lama waktu kerja merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan selain kondisi fisik kerja. Lama waktu kerja meliputi jam kerja,
kerja paruh waktu tetap, empat hari minggu kerja, dan jam kerja lentur.
Komentar
Posting Komentar